This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 22 Januari 2013

Trauma Dada

Trauma Dada.


         Trauma dada menyebabkan hampir 25 % dari semua kematian  yang berhubungan dengan  trauma di Amerika dan sangat berkaitan dengan  50 % kematian yang berhubungan   dengan   trauma yang mencakup cedera sistem multiple.
         Trauma dada diklasifikasikan dengan trauma tumpul dan tembus ( penetrasi ). Mesi trauma tumpul dada adalah lebih umum pada trauma ini sering  timbul kesulitan dalam mengidentifikasi  keluasan kerusakan  karena gejala-gejala  mujngkin umum dan rancu. Pasien mungkin  tidak segera  mencarai bantuan medis, yang selanjutnya  dapat mempersulit masalah. Kecelakaan tabrakan mobil ,terjatuh dari sepeda motor adalah mekanisme yang paling umum dari trauma tumpul dada. Mekanisme  yang paling umum untuk  trauma tembus dada  termasuk luka tembak dan luka rusuk.
          Cedera  pada dada sering mengancam jiwa  dan mengakibatkan  satu atau lebih  mekanisme patologi berikut :
·      Hipoksia akibat gangguan jalan nafas,  cedera pada parenkim paru,  sangkar iga, dan otot pernafasan , kolaps paru dan  pneumotoraks.
·      Hipovolemik akibat kehilangan  cairan masif dari pembuluh darah besar , ruptur jantung, atau hemotoraks.
·      Gagal jantung akibat  tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra toraks yang  meningkat .
          Mekanisme ini sering kali mengakibatkan  kerusakan ventilasi dan perfusi yang mengarah pada gagal nafas akut, syok hipovolemia, dan kematian.

Pengakajian dan penatalaksanaan segera.
          Waktu adalah penting dalam menangani trauma dada. Faktor langsung untuk menentukan  termasuk : waktu cedera terjadi, mekanisme cedera, apakah pasien responsif, cedera spesifik, perkiraan kehilangan darah, apakah alkohol atau obat-obatan  sudah digunakan,  dan tindakan prahospitalisasi. Pemeriksaan fisik termasuk insfeksi jalan nafas, toraks, vena leher, pernafasan, tanda-tanda vital dan warna kulit untuk tanda-tanda syok. Toraks dipalpasi terhadap nyeri tekan, krepitus dan posisi trachea. Bunyi nafas dan bunyi jantung diauskultasi.
         Pemeriksaan diagnostik awal :
·       Rongent dada
·       Pemeriksaan pembekuan darah.
·       Golongan   dan cocok silang.
·       Elektrolit dan osmolalitas.
·       Saturasi oksigen 
·       Gas darah arteri.
·       EKG
·       CT scan

Tujuan pengobatan
          Untuk mengevaluasi kondisi  pasien dan melakukan  resusitasi agresif, sebuah jalan nafas segera  ditetapkan  dengan dukungan oksigen dan  pada beberapa kasus, dukungan ventilator . tetapkan kembali volume cairan , memulihkan seal pleura dalam dada dan  mengalirkan  cairan  intra pleura serta darah adalah penting.
Potensial terhadap  kehilangan darah masif  dan eksanguinasi dengan cedera dada tumpul dan tembus adalah tinggi karena  cedera  pada pembuluh darah besar. Banyak pasien mati  ditempat kejadian  atau syok saat bantuan tiba. Perilaku  agitasi  dan irasional serta  bermusuhan  adalah tanda-tanda  penurunan aliran oksigen ke kortek cerebri . untuk memulihkan dan  mempertahankan  fungsi jantung paru, jalan nafas yang adekuat dibuat dan dilakukan ventilasi. Tindakan ini termasuk  stabilisasi  dan menstabilkan  kembali integritas dinding dada, menyumbat setiap lubang pada dada ( pneumotoraks terbuka ) dan mengalirkan atau membuang  setiap udara  atau cairan dari dalam toraks untuk  menghilangkan pneumotoraks /hemotoraks  serta tamponade jantung. Hipovolemia dan curah jantung yang rendah diperbaiki. Banyak dari upaya  pengobatan ini , sejalan dengan pengendalian  hemoragi, biasanya dilakukan  secara simultan  ditempat kejadian  cedera atau dibagian gawat darurat.

Fraktur Iga    
          Fraktur iga adalah tipe trauma dada yang palin umum  terjadi, pada lebih dari 60 % pasien masuk masuk ke rumah sakit  dengan cedera dada tertutup . kebanyakan fraktur iga adalah jinak  dan diatasi secara konservatif . fraktur iga pertama  jarang terjadi namun  dapat mengakibatkan kematian yang tinggi karena fraktur tersebut berkaitan dengan  laserasi  arteri atau vena subklavia. Iga  kelima dan kesembilan adalah fraktur yang paling umum . fraktur iga yang lebih rendah  dikajitkan dengan  cedera limpa dan hepar , yang mungkin  tergores  oleh patahan iga.   Jika sadar pasien akan  mengalami nyeri yang hebat , nyeri tekan dan spasme otot diatas area fraktur yang akan  diperburuk dengan batuk, nafas dalam dan gerakan. Area sekitar fraktur mungkin tampak memar. Bunyi krekles, grating dalam toraks ( krepitus sub kutan ) mungkin terdeteksi . untuk mengurangi nyeri , pasien akan  membebat ( splint) dada dengan nafas dangkal  dan akan menghindari menghela nafas, nafas dalam batuk dan bergerak. Keengganan unutk bergerak  atau bernafas ini sangat mengakibatkan  penurunan ventilasi, kolaps alveoli yang tidak mendapatkan udara. Pneumonitis  dan hipoksemia . insupisiensi  pernafasan dan gagal  nafas akan menjadi hasil dari silkus  yang demikian . pemeriksaaan diagnostik dapat mencakup rongent dada, serial iga, EKG dan gas arteri.

Pentalaksanaan medis
         Tujuan pengobatan adalah untuk : mengontrol nyeri, dan untuk mendeteksi  serta mengatasi cedera. Sedasi digunakan ujnutk  menghilangkan  nyeri dan kemungkinan nafas dalam dan batuk. Harus hati-hati  untuk menghindari  oversedasi dan menekan  dorongan bernafas ,strategi alternatif untuk menghilangkan nyeri termasuk penyekat saraf interkosta  dan es diatas  tempat fraktur.korset  dada dapatg menurunkan  nyeri saat bergerak  . biasanya nyeri dapat  diatasi dalam 5 sampai 7 hari dan rasa tiudak nyaman dapat dikontrol dengan analgesia epidural, analgesia yang dikontrol pasien atau  atau analgesia   non-opioid . kebanyakan fraktur iga  sembuh dalam 3 sampai 6 minggu. Pasien dipantau dengan ketat terhadap tanda-tanda dan gejala yang berakitan dengan cedera.

Flail Chest.
        Terjadi ketika 2 atau 3 lebih iga yang berdekata frakur pada satu tempat atau lebih, mengakibatkakn segmen iga mengambang bebas.sebagai akibatnya dinding dada kehilangan  kestabilannyua, dengan akibat lanjut kerusakan pernafsan dan biasanya gawat nafas yang berat.

Selama inspirasi , ketika dada mengembang bagian segmen iga  yang terlepas  ( Flail segment ) akan bergerak dengan cara paradoksikal yaitu tertarik kedalam ketika  inspirasi , menggurangi jumlah udara  yang di hirup kedalam paru-paru. Pada ekspirasi karena tekanan intra toraks akan melebihi tekanan atmosfir , segmen flail akan terdorong keluar ,merusak kemampuan pasien untuk menghembuskan nafas.mediastinum lalu berpindah  kembali kesisi yang sakit.
    
Aksi paradoksikal ini mengakibatkan peningkatan ruang rugi yang tidak dapat ikut serta  dalam ventilasi, menhan sekresi jalan nafas, meningkatkan tahanan paru , menurunkan  komplians dan mengurangi  ventilasi alveolar. Kontuisio paru dan atelektasis seringkali menyertai flail chest. Sebagai akibat, kandungan oksigen darah berkurang dan kandungan karbon dioksida meningkat, mengakibatkan asidosis respiratori. Seringkali ,hipotensi, perfusi jaringgan yang tidak adekuat, dan metabolik asidosis terjadi kalau curah jantung menuyrun akibat gerakan  paradoksikal mediastinum.

Penatalaksanaan medis.
           Penatalaksanaan  mencakup pemberian dukungan ventrilator, pembersihan paru dari sekresi, dan pengendalian nyeri. Penatalaksanaan  spesifik tergantung pada tingkat disfungsi pernafasan. Jika hanya segmen kecil dari dada yuang terkena , sasarannya adalah untuk  membersihkan  jalan nafas ( batuk, nafas dalam, penghisapan ringan ) untuk  membantu  ekspansi paru, dan untuk menghilangkan nyeri dengan blok saraf interkosta, blok efidural tiraks tinggi, atau penggunaan narkotik intravena dengan hati-hati.
Untuk cedera flail chest ringan sampai sedang, kontusio paru yang  mendasari dilatasi dengan membatasi masukan cairan dan meresepkan diuretik, kortikosteroid, dan albumin. Sambil meredkan nyeri dada. Fisioterapi paru dilakukan dan pasien dipantau dengan ketat.
Jika dihadapi cedera flail chest berat. Intubasi endotracheal dan ventilasi mekanik dengan ventilator siklus volume dan kadang PEEP digunakan untuk membebat dinding dada ( stabilisasi pneumatik internal ) dan untuk memperbaiki abnormalitas pertukaran gas, hal ini membnatu untuk  mengatasi kontusio paru yang mendasari.berfungsi untuk  menstabilkan  sangkar thoraks untuk  memungkinkan  fraktur menyembuh, dan memperbaiki  ventilasi alveolar serta volume intratoraks dengan mengurangi kerja pernafasan. Modalitas pengobatan ini membutuhkan  intubasi endotracheal dan dukungan  ventilator jangka panjang.
Dengan  mengesampingkan  jenis pengobatan , pasien akan dipantau dengan cermat menggunakan  serangkaian  rongent dada, gas darah arteri, oksimetri nadi dan pemeriksaan fungsi paru. Penatalaksanaan nyeri adalah  kunci untuk keberhasilan pengobatan. Analgesia yang dikontrol pasien, penyekat saraf interkosta, analgesia eidural dan pemberian narkotik ontra pleura dapat digunakan untuk mengontrol nyeri toraks.

Hemotoraks dan Pneumotoraks.
        Pada cedera dada hebat, darah seringkali terkumpul dalam rongga dada karena robeknya pembuluh interkosta, laserasi paru-paru atau keluarnya udara dari paru yang cedara ke dalam ruang pleura (pneumotoraks).  Cedera dada dapet mengganggu masalah fungsi normal paru.
Keseriusan masalah tergantung pada jumlah dan kecxepatan perdarahan toraks.  Rongga pleura dapat didekompresi dengan aspirasi jarum (torasentesis) atau drainase selang dada darah dan udara. Paru kemudian mampu untuk mengembang kembali dan kembali melakukan fungsinya dalam pernapasan.
Dinding dada akan dibuka dengan tindakan bedah (torakotomi) bila lebih dari 1500 ml darah diaspirasi melalui torasentesis, bila 500 ml drainase dikumpulkan selama lebih dari stu jam, atau 200 ml perjam selama 5-6 jam. Torkotomi darurat juga mungkin dilakukan pada bagian gawat darurat jika terdapat bukti sedera kardiovaskular sekunder terhadap tauma dada atau tembus.

Penatalaksanaan medis
         Tujuan pengobatan adalah untuk mengevakuasi udara atau darah dari ruang pleura. Untuk hemothoraks, selang dada dengan diameter besar (sampai no 40F) dipasang biasanya melalui ruang interkosta keempat sampai keenam antara garis anterior dan posterior.  Untuk pneumothoraks, selang dada yang kecil(28F) eipasang dekat ruang interkosta kedua. Ruang ini digunakan karena merupakan bagian tertipis dari dinding dada, meminimalkan bahaya menyentuh saraf thoraks, dan akan meninggalkan jaringan parut lebih sedikit.  Sekali selang dada terpasang, dekompresi ruang pleura yang cepat dan efektif (drainase darah dan udara) biasnya terjadi.  Jika terdapat jumlah darah yang berlebihan  dalam selang dada  waktu yang relatif singkat, mungkin diperlukan autotransfusi. Teknik ini mencakup mengambil darah pasien sendiri yang telah dialirkan dari dada, disaring, dan kemudian ditransfusikan kembali ke dalam sistem vaskular pasien.


Pneumothoraks tegangan
         Pneumothoraks tegangan terjasi ketika udara ditarik ke dalam ruang pleura dari paru yang mengalami laserasi atau melalui lubang kecil dalam dinding dada. Pada kedua dasus tersebut, udara yang memasuku rongga dada bersamaan dengan inspirasi akan trjebak disini ; udara tidak dapat dikeluarkan melalui jalaan udara atau lubang kecil dalamdinding dada.
        Dengan demikian tegangan terbentuk di dalam ruang pleura yang emnyebabkan paru kolaps dan jantung, pembuluh darah yang besar, dan trakea bergeser ke arah sisi dada yang tidak sakit.  Baik fungsi pernapasan dan sirkulasi mengalami kerusakan karena dengan meningkatnya tekanan intratoraks, arus balik vena jantung mengalami gangguan, menyebabkan penurunan curah jantung dan merusak sirkulasi perifer. Pada kasus yang ekstrim, denyut nadi mungkin tidak teraba, dikenal dengan pulseless electrical activity (PEA).  Gambaran klinisnya adalah lapar udara, agitasi, hipotensi, takikardia, diaforesis yang sangat banyak, dan sianosis. Pembandingan pneumotoraks tension dan terbuka .

Penatalaksanaan medis
         Jika diduga pneumotoraks tegangan, pasien harus segera diberikan oksigen konsentrasi tinggi untuk mengatasi hipoksia.  Dalam keadaan darurat, pneumotoraks tegangan dapat diubah dengan cepaat menjadi pneumotoraks dengan memasangkan jarum berdiameeter besar pada garis midklavikkular ruang interkosta kedua pada sisi yang sakit.  Tindakan ini akan menghilangkan tekanan dan mengalirkan udara intratoraks ke luar.  Selang dada kemudian dipasang dan dihubungkan dengan pengisap untuk membuang udara dan cairan sisanya dan mengembangkan kembali paru. 
Jika paru mengembang dan kebocoran dari paru berhenti, drainase lebih lanjut mungkin tidak diperlukan lagi. Jika paru trus bocor seperti yang ditunjukan dengan penumpukan kembali volume udara yang tidak dapat kikeluarkan selama torasentesis, udara harus dikeluarkan dengan selang dada menggunakan drainase water-seal.

Luka tembus pada dada
Pneumotoraks terbuka
           Pneumotoraks terbuka terjadi bila lubang dalam dinding dada cukup besar untuk memungkinkan udara mengalir dengan bebas masuk dan keluar ronggga toraks bersama setiap upaya pernapasan.  Karena dorongan udara melalui lubang dalam dinding dada menghasilkaan bunyi menghisap, cedera demikian disebut sucking wounds dada.  Pada pasien ini, bukan hanya paru yang kolaps, tetapi struktur mediastinum(jantung dan pembuluh darah besar) bergeser ke arah sisi yang tidak cedera bersama setiap kali inspirasi dan pada arah yang berlawanan dengan setiap kali ekspirasi.  Ini disebut mediastinal flutter dan kondisi sini mengakibatkan masalah sirkulasi yang serius.

Penatalaksaan medis
Pneumotoraks terbuka
Membutuhkan intervensi kedaruratan.Menghentikan aliran udara yang melewati lubang pada dinding dad merupakan tindakan menyelamatkanjiwa.
        Pada situasi darurat tersebut, apa sja dapat digunakan yang cukup besar untuk mengisi lluka dada-handuk, saputangan atau punggung tangan.  Jika sadar, pasien diinstruksikan untuk menghirup dan mengejan dengan glotis tertutup. Aksi ini membantu mengembangan kembali paru-paru dan mengeluarkan udara dari toraks.  Di rumah sakit, llubang ditutup dengan kasssa yang dibasahi dengan petrolium. Balutan tekan dipasng dan diamankan dengan lilitan melingkar. Biasanya, selang dada yang dihubungkan dengan drainase water-seal dipasng untuk memungkinkan udara dan cairan mengalir. Antibiotik biasanya diresepkan untuk melewan infeksi akibat kontaminasi.

Luka tembak dan tusuk
Luka tembak  dan luka tusuk adalah jenis trauma  dada tembus  yang paling umum. Luka tersebut  dikelompokan  berdasarkan  pada kecepatannya.
Luka tusuk umumnya  dianggap kecepatan rendah  krena senjata menghancurkan area kecil disekitar luka. Kebanyakan luka tusuk pisau disebabkan  oleh pisau dan pisau lipat. Luka ini sering kali berkaitan dengan pecandu alkohol dan obat-obat terlarang .penampilan luka eksternal  mungkin sangat deseptif, karena pneumotoraks, hemotoraks, dan tamponade jantungdiserati dengan  hemoragik kontinu dapat  dapat terjadi dari sembarang luka kecil, bahkan luka yang disebabkan  oleh instumen  berdiameter kecil.
Luka tembak pada dada dapat dikelompokan  sebagai kecepatan rendah  sedang dan  . tinggi. Faktor yang  menentukan  kecepatan  dan mengakibatkan  keluasan kerusakan termasuk jarak dari mana senjata ditembakan, kaliber senjata dan konstruksi serta ukuran peluru  dapat menyebabkan  kerusakan pada  tempat penetrasi dan sepanjang jalur peluru tersebut dan dapat memantul dari struktur tulang, yang dapat merusak organ – organ dada dan pembuluh darah besar.

Penatalaksanaan
Sasaran langsung penatalaksanaan adalah untuk memulihkan dan mempertahankan  fungsi jantung paru. Setelah jalan nafas adekuat dipastikan dan ventilasi ditegakan , pasien diperiksa terhadap syok dan cedera intratoraks dan intra abdomen. Pasien dilepaskan pakaiannya semua sehingga  cedera tambahan tidak akan terlewatkan. Terdapat risiko tinggi terhadap cedera intra abdomen yang berkaitan  dengan luka tusuk dibawah  tingkat ruang interkostal  anterior kelima. Kematian dapat  terjadi akibat hemoragi eksanguinasi atau sepsis intra-abdomen.
        Setelah nadi perifer dikaji , aliran intyravena dengan diameter besar dipasang. Pemeriksaan diagnostik termasuk profil kimiawi, gas darah arteri, oksimetri nadi . dan EKG. Pengolongan darah dan cocok silang darah dilakukan untuk berjaga-jaga bila diperlukan  transfusi darh. Kateter indweling dipasang untuk memantau haluaran  urin dan untuk mengumpulkan sampel urin untuk diperiksa  .selang NGT dipasang untuk mencegah aspirasi, minimalkan  kebocoran kandungan abdomen dan mendekompresi saluran gastrointestinal.
            Syok diatasi  secara simultan dengan larutan koloid, kristaloid atau darah sesuai yang diindikasikan oleh kondisi pasien . rongent dada dan prosedur diagnostik lain dilakukan . sesuai yang diindikasikan oleh kebutuhan pasien.
Selang dada dipasang kedalam ruang pleura pada kebanyakan pasien dengan  luka dada tembus untuk mencapai reekspansi paru dengan cepat dan kontinue, selang dada sering kali akan menghasilkan evakuasi komplit hemotoraks dan akan menurunkan insidensi bekuan hemotoraks. Selang dada juga  akan memungkinkan pengenalan dini perdarahan g
Jika pasien mengalami luka tembus padfa jantung dan pembuluh darah besar , esofagus dan percabangan tracheobronchial, maka diperlukan intevensi medis.

Kontusio pulmonal
             Kontusio pulmonal adalah kerusakan jaringan paru yang terjadi pada hemoragi dan edema setempat. Kontusio paru berhubungan dengan  traum dada ketika terjadi kompresi dan dekompresi cepat pada dinding dada, ( trauma tumpul ) kontusio pulmonal mungkin saja tidak terbukti pada pemeriksaan awal.

Patofisiologi
Defek patologi primer adalah akumulasi abnormal cairan  dalam uang interstitial dan  intra-alveolar. Ada dugaan  bahwa cedera  pada parenkim  paru dan jaring-jaring kapilernya mengakibatkan kebocoran  protein serum dan plasma. Kebocoran protein serum mengeluarkan tekanan osmotik yang meningkatkan  kehilangan  cairan dari kafiler. Darah, edema dan  debris selular ( dari respon jaringan  terhadap cedera )memasuki paru dan   menumpuk dalam bronkiolus serta permukaan alveolar, dimana mereka mengganggu pertukaran gas. Peningkatan tekanan vaskuler paru dan tekanan  arteri pulmonal  terjadi. Pasien mengalami hipoksia sistemik dan retensi karbon dioksida. Kadang , kontusio paru  terjadi pada sisi lainnya dari titik  benturan tubuh. Hal ini disebut kontusio contrecoup.


Manifestasi klinis .
Kontusio paru dapat ringan , sedang atau berat. Manifestasi klinisnya  bervariasi dari takipneu,  takikardia, nyeri dada pleuritik, hipoksemia dsan sekresi yang bersemu darah sampai takipneu, takikardia yang lebih hebat, krekels , perdarahan jelas, hipoksemia berat dan respirasi asidosis. Perubahan pada kesadaran  termasuk agitasi atau bermusuhan irasional, mungkin terjadi tanda hipoksia. Efisiensi  pertukaran darah gas ditentukan dengan pertukaran gas ditentukan dengan pertukaran gas arteri. Rongent dada dapat menunjukan infiltrasi  paru. Rongent dada awal  dapat menunjukan tidak ada perubahan  dan pada kenyataanya, perubahan  mungkin  tidak tampak untuk satu atau dua hari setelah serangan awal.

Penatalaksanaan medis.
           Tujuan pengobatan  termasuk mempertahankan jalan nafas, memberikan oksigenasi yang adekuat, dan mengendalikan nyeri.pada kontusio pulmonal ringan nebulisasi kabut ultrasonik digunakan untuk  menjaga sekresi tetap cair. Drainase postural , fisioterapi dan pengisapan endotracheal steril digunakan  untuk membuang sekresi. Nyeri  ditangani dengan menyekat saraf  interkostal atau dengan  opioid. Biasnya terapi  antimikrobial  diberikan karena  kerusakan paru rentan terhadap  infeksi. Oksigen biasanya diberikan dengan masker atau kanula selama 24 sampai 36 jam . cairan dibatasi  karena cedera diduga akan menyebabkan  penumpukan cairan abnormal dalam interstises paru.
          Jika kontusio sedang dapat diatasi, selain gejala-gejala diatas , pasien akan akan  mempunyai banyak mukus , serum dan darah dalam percabangan  trakeobronkialnya. Pasien batuk secara konstan  tetapi tidak mampu untuk mengeluarkan sekresi. Pasien ini biasanya membutuhkan  intubasi dan memakai ventilator  dengan oksigen konsesntrasi  rendah dan PEEP untuk  mempertahankan  tekanan dan menjaga paru tetap mengembang. Diuretik dapat diberikan  untuk mengurangi edema . selang nasogastrik dipasang untuk menghilangkan  distensi  gastro intestinal. Kultur sekresi  trakeobronkial yang sering dilakukan.
              Pada kontusio berat, mempunyai tanda-tanda dan  gejala ARDS, yang termasuk  pernafasan cepat , takikardia, sianosis, agitasi, bermusuhan dan batuk produktif kontinu yang mengeluarkan sekresi berdarah, berbusa dan mukoid. Pasien ini ditangani secara agresif dengan intubasi endotracheal dan dukungan  ventilator, diuretik, pembatasan cairan, dan pemberian antimikrobial profilaktik. Larutan koloid dan kristaloid dapat digunakan untuk mengatasi hipovolemia.
         Komplikasi kontusio pulmonal adalah infeksi, terutama pneumonia pada segmen yang mengalami kontusio, karena ektravasasi cairan dan darah kedalam alveolar dan ruang interstisial bertindak sebagai media kultur yang sangat baik.

Tamponade jantung
          sering disebabkan oleh luka tembus. Walaupun demikian, trauma tumpul juga dapat menyebabkan perikardium terisi darah baik dari jantung, pembuluh darah besar maupun dari pembuluh darah perikard. Perikard manusia terdiri dari struktur jaringan ikat yang kaku dan walaupun relatif sedikit darah yang terkumpul, namun sudah dapat menghambat aktivitas jantung dan mengganggu pengisian jantung. Mengeluarkan darah atau cairan perikard, sering hanya 15 ml sampai 20 ml, melalui perikardiosintesis akan segera memperbaiki hemodinamik.
           Diagnosis tamponade jantung tidak mudah. Diagnosistik klasik adalah adanya     Trias Beck yang terdiri dari peningkatan tekanan vena, penurunan tekanan arteri dan suara jantung menjauh. Penilaian suara jantung menjauh sulit didapatkan bila ruang gawat darurat dalam keadaan berisi, distensi vena leher tidak ditemukan bila keadaan penderita hipovlemia dan hipotensi sering disebabkan oleh hipovolemia. Pulsus paradoxus adalah keadaan fisiologis dimana terjadi penurunan dari tekanan darah sistolik selama inspirasi spontan. Bila penurunan tersebut lebih dari 10 mmHg, maka ini merupakan tanda lain terjadinya tamponade jantung. Tetapi tanda pulsus paradoxus tidak selalu ditemukan, lagi pula sulit mendeteksinya dalam ruang gawat darurat. Tambahan lagi, jika terdapat tension pneumothorax, terutama sisi kiri, maka akan sangat mirip dengan tamponade jantung. Tanda Kussmaul (peningkatan tekanan vena pada saat inspirasi biasa) adalah kelainan paradoksal tekanan vena yang sesungguhnya dan menunjukkan adanya temponade jantung. PEA pada keadaan tidak ada hipovolemia dan tension pneumothorax harus dicurigai adanya temponade jantung. Pemasangan CVP dapat membantu diagnosis, tetapi tekanan yang tinggi dapat ditemukan pda berbagai keadaan lain. Pemerikksaan USG (Echocardiografi) merupakan metode non invasif yang dapat membantu penilaian perikardium, tetapi banyak penelitian yang melaporkan angka negatif yang lebih tinggi yaitu sekitar 50 %. Pada penderita trauma tumpul dengan hemodinamik abnormal boleh dilakukan pemeriksaan USG abdomen, yang sekaligus dapat mendeteksi cairan di kantung perikard, dengan syarat tidak menghambat resusitasi (lihat Bab 5, Trauma abdomen, V.F, Studi diagnostik spesifik pada trauma tumpul). Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan indikasi bila penderita dengan syok hemoragik tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan mungkin ada tamponade jantung. Tindakan ini menyelamatkan nyawa dan tidak boleh diperlambat untuk mengadakan pemeriksaan diagnostik tambahan. Metode sederhana untuk mengeluarkan cairan dari perikard adaah dengan perikardiosintesis. Kecurigaan yang tinggi adanya tamponade jantung pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap usaha rsusitasi, merupakan indiksi untuk melakukan tindakan perikardiosintesis melalui metode subksifoid. Tindakan alternatif lain, adalah melakukan operasi jendela perikad atau torakotomi dengan perikardiotomi oleh seorang ahli bedah. Prosedur ini akan lebih baik dilakukan di ruang operasi jika kondisi penderita memungkinkan. Walaupun kecurigaan besar besar akan adanya tamponade jantung, pemberian cairan infus awal masih dapat meningkatkan tekanan vena dan meningkatkan cardiac output untuk sementara, sambil melakukan persiapan untuk tindakan perikardiosintesis melalui subksifoid. Pada tindakan ini menggunakan plastic-sheated needle atau insersi dengan teknik Seldinger merupakan cara paling baik, tetapi dalam keadaan yang lebih gawat, prioritas adalah aspirasi darah dari kantung perikard. Monitoring Elektrokardiografi dapat menunjukkan tertusuknya miokard (peningkatan voltase dari gelombang T, ketika jarum perikardiosintesis menyentuh epikardium) atau terjadinya disritmia.

- Kontusio Miocard
        Terjadi karena ada pukulan langsung pada sternum dengan diikuti memar jantung dikenal sebagai kontusio miocard. Manifestasi klinis cedera jantung mungkin bervariasi dari ptekie epikardial superfisialis sampai kerusakan transmural. Disritmia merupakan temuan yang sering timbul. Pemeriksaan Jantung yaitu dengan Isoenzim CPK merupakan uji diagnosa yang spesifik, EKG mungkin memperlihatkan perubahan gelombang T – ST yang non spesifik atau disritmia. Adapun penatalaksanaan berupa suportif.

- Trauma tumpul jantung
          Dapat menyebabkan kontusio otot jantung, ruptur atrium atau ventrikel, ataupun kebocoran katup. Ruptur ruang jantung ditandai dengan tamponade jantung yang harus diwaspadai saat primary survey. Kadang tanda dan gejala dari tamponade lambat terjadi bila yang ruptur adalah atrium. Penderita dengan kontusio miokard akan mengeluh rasa tidak nyaman pada dada tetapi keluhan tersebut juga bisa disebabkan kontusio dinding dada atau fraktur sternum dan/atau fraktur iga. Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan dengan inspeksi dari miokard yang mengalami trauma. Gejala klinis yang penting pada miokard adalah hipotensi, gangguan hantaran yang jelas ada EKG atau gerakan dinding jantung yang tidak normal pada pemeriksaan ekokardiografi dua dimensi. Perubahan EKG dapat bervariasi dan kadang menunjukkan suatu infark miokard yang jelas. Kontraksi ventrikel perematur yang multipel, sinus takikardi yang tak bisa diterangkan, fibrilasi atrium, bundle branch block (biasanya kanan) dan yang paling sering adalah perubahan segmen ST yang ditemukan pada gambaran EKG. Elevasi dari tekanan vena sentral yang tidak ada penyebab lain merupakan petunjuk dari disfungsi ventrikel kanan sekunder akibat kontusio jantung. Juga penting untuk diingat bahwa kecelakaannya sendiri mungkin dpat disebabkan adanya serangan infak miokard akut. Penderita kontusio miokard yang terdiagnosis karena adanya kondusksi yang abnormal mempunyai resiko terjadinya disrtimia akut, dan harus dimonitor 24 jam pertama, karena setelah interval tersebut resiko disritmia kaan menurun secara bermakna.

Patofisiologi
           Jika pembentukan cairan lambat perikardium akan mengembang tanpa menimbulkan gejala klinis yang terlihat sampai cukup cairan terkumpul untuk meningkatkan tekanan intraperikardial. Effusi  yang terjadi  dengan cepat menggangggu  pengisian ventrikuler  dan menyebabkan kerusakan sirkulasi  dengan menurunkan  curah jantung dan insufisiensi arus balik vena ke jantung, dapat terjadi kolaps sirkulasi.

Senin, 21 Januari 2013

WSD

WATER SEAL DRAINAGE (WSD)

Pengertian
     WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.

Indikasi
a. Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumo
nektomy
d. Efusi pleura : Post operasi jantung
e. Emfiema :
- Penyakit paru serius
- Kondisi inflam
asi

Tujuan
Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
Mengembangkan kembali paru yang kolaps
Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada

Tempat Pemasangan WSD
a. Bagian apex paru (apical)
- anterolateral interkosta ke 1-2
- fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleur
a.
b. Bagian basal
- postero lateral interkosta ke 8-9
- fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

Jenis-jenis WSD
a. WSD dengan sistem satu botol
 - .Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks
 - .Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi   dan 1 lagi masuk ke dalam botol
-   Air steril  dimasukan ke dalam botol  sampai ujung selang  terendam 2cm untuk mencegah
    masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
-   Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
-   Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
-   Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
Inspirasi akan meningkat
Ekpirasi menurun

b. WSD dengan sistem 2 botol
-   Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal
-   Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal
-    Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2
-   Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD
-   Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural

c. WSD dengan sistem 3 botol
-  Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan
-  Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
-  Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung
   pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD
-  Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
-  Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer

Komplikasi Pemasangan WSD
a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema

Prosedur pemasangan WSD
a. Pengkajian
- Memeriksa kembali instruksi dokter
- Mencek inform consent
- Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan
b. Persiapan pasien
- Siapkan pasien
- Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
Tujuan tindakan
Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat duduk atau berbaring
Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi
Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
c. Persiapan alat
Sistem drainage tertutup
Motor suction
Slang penghubung steril
Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor, set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker

d. Pelaksanaan
      Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik , dan perawat member dukungan moril pada pasien

e. Tindakan setelah prosedur
Perhatikan undulasi pada sleng WSD
   Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
- Motor suction tidak berjalan
- Slang tersumbat
- Slang terlipat
- Paru-paru telah mengembang
      Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem drainage,
amati tanda-tanda kesulitan bernafas

Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta  pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air
Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar
Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama
Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat
Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi
Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang
Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan
Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif
Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD

Perawatan pada klien yang menggunakan WSD
a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg terkena & TTV stabil
b. Observasi adanya distress pernafasan
c. Observasi :
- Pembalut selang dada
- Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung, bekuan darah
- Sistem drainage dada
- Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien
- Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang
- Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV & warna kulit
- Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap digunakan
d. Posisikan klien :
- Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak)
- Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai pada plester perekat botol drainase pada saat persiaan botol atau permukaan tertulis sistem komersial yang sekali pakai
h. Urut selang jika ada obstruksi
i. Cuci tangan
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien
Cara mengganti botol WSD
a.     Siapkan set yang baru
b.    Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan
c.     Selang WSD di klem dulu
d.    Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
e.     Amati undulasi dalam slang WSD
Pencabutan selang WSD
Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :
a.     Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
Tidak ada undulasi
Cairan yang keluar tidak ada
Tidak ada gelembung udara yang keluar
Kesulitan bernafas tidak ada
Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara
Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara
           b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada slang